Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan
Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang
bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin
Ya'qub adalah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah
beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib iaitu Shafura.Dalam perjalanan
hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang
telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang
nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi
Khidhir. Dalam bak ini juga ada diceritakan tentang perlibatan beberapa
orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :~
Para ahli tafsir berselisih
pendapat tentang Syu'aib, mentua Nabi Musa. Sebahagia besar berpendapat
bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada
kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain
iaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu
A'lam bisshawab
Beberapa Kisah Kehidupan Nabi Musa.
Kelahiran
Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi
Musa, adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan
dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam
ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka,
terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan
bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa
tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam
rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila
berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena
ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar
rumah mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk
kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam kenikmatan dan
kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya
sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau
telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan
tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya
falaknya, seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il
yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan
perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan
kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti sehingga
tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari
tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan
tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan
hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali
dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar para
anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan
tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak
mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya
bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan
"Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan
bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak
terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya
yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan
ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di
dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang
dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu
ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam
atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang
mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang
duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang
bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam
kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama
sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan
lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai
oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh
Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia
merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan
dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu
merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa
simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih
hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi
kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan,
Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan
khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar
menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat,
kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai
Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan bayinya
karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan
mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan
kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, mak dilepaskannya peti bayi
oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam,
terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh
ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar diketahui di
mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi
erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa,
ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh
puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama
beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan
kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak
perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena
sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata
Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah
yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh
Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti
yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan
membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku khuatir bahwa
inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab
kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan
tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang
terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya:
"Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan
lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan
berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia
akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah jika Allah Yang
Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan bagi
terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah
ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat
wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan
kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air ,
Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu.
Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu
susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air
susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang
diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi bingung
memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang
yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang
inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun,
kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku
tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin
menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak,
kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh
isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa
sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek
ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya.
Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa
menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian
terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali
puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya
ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana
anak-anak raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan
berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia
dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas
di dalam Al-Quran dari ayat 4 hingga ayat 13 dalam surah "Al-Qashash"
sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di
muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas
segolongan dari mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup
anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan.5.~ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada
orang-orang yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mrk
pemimpin dan menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan
Kami akan teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami perlihatkan
kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka
khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu
Musa,"susukanlah dia, dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka
jatuhkan dia ke dalam sungai {Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan
janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya {salah seorang} dari para
rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya ia
menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman
berserta tenteranya adalah orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah
isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu
membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia
menjadi anak," sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan menjadi kekosongan
hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk
orang-orang yang percaya {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu
Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan
olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami
cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang nahu
menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu
aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu
dan mrk dpt berlaku baik kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa
kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia
mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi manusia
kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 ~ 13 }
Musa
keluar dari Mesir
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Sejak ia dikembali ke istana oleh
ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang drp keluarga
kerajaan hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan
dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah mengurniakannya
hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang
diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia
dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia
hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun
mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il tg
ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun.
Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya
yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang
menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka
terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan
teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa
meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa
sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana
keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia
melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama
Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun. Musa yang
mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap
musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu, segera melontarkan pukulan
dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an
menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang
Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dn tidak
akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada
Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah
melayang nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi
perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa
pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka
menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara
di hantarkan ke seluruh pelusuk kota mencari jejak orang yang telah
membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa
shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang menyaksikan peristiwa
itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia
menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak
penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati
menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan
tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang
menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa
bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga
dalam keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari
kaum Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya.
Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur
Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat." Samiri
menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu
berteriaklah Samiri berkata:
"Apakah engkau hendak membunuhku
sebagaimana engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau
hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan
orang yang mengadilkan kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera
tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya
kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka
berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan
untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya
seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur
rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada
sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan
menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir
telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah
Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat
menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, ada
terdapat dalam al-Quran yang boleh di baca di dalam surah "Al-Qashshas"
ayat 14 sehingga ayat 21 sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur
dan sempurna akalnya, Kami berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang
tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang
bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isra'il} dan seorang
lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta
pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa
menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah perbuatan
syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi
nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan
kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang
yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut
menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang
meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya.
Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang
sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang
dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp
mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku,
sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak
bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di
negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari
orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki
dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya
pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu
keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan
rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku
selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 } Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Qarun adalah nama seorang drp kaum
Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan
rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai
bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan
kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan
benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya
membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan
beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk
kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain.
Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan
hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia
tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa
itu, ia merasa masih belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki
dan terus berusaha mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat
mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah
dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolhi
segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan
orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun
tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan
harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan
kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan
kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh
pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya
bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang
yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan
bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang
harus disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan
melakukan perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang
yang ditimpa musibah atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah
yang telah memberinya rezeki yang luas itu dapat sewaktu-waktu
mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan
yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak
diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia
bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat
dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi
perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak
tanduknya. IA menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang
yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah
semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya
berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun.
Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak
hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa
pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang
memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang
yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan
secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia
keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa
pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai
kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang
ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk
terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara
sesama mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak diberi
rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun?
Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya
di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu
kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin
yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah
letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan
anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta
kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya,
melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan
kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap
orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam
harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn
sebagai hak orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib
diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan
menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa
kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama
barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala
kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah
memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan
mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga
menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan
fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau
telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya
seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan
dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan
kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar dan harus
dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus ditaati dan
dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk
mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat
dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia
keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan
menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya
Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang
bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa
meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan
timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak
akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat
tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban
mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan
maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya
menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan
oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan
dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri
dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang
halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan
Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang wanita
yang diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan
perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya
tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka
digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang
sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah
fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah
bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa
bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap
menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama
perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para
pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan
mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan
kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan
maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar
menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar
menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya
melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan
kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah
memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di
atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal
Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun
hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan
harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat
rohani bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan
kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka
berkata seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya Allah telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti
Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami
telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang
membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang
yang mengingkari nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat
dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab"
ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah
termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh
berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya
berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan}
duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka}
bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah
sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.
79~ Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya
ia benar-benar mempunyai peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah
orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang
yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang dapat}
membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya
dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita
benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah,
tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." {
Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari
tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang
mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 } Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa
meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan
kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi seseorang dpt bertahan
menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya ,
walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah
airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai
kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada di tanah
airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan
mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan
ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta
isterinya mengemaskan barang dan menyediakan kenderaan lalu meminta diri
dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan
umum supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih
mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman
dan bingung manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian
terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah
bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada
isterinya: "Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api yang
menyala di atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku
dapat membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau
setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang
sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api
itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon
kayu di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi
Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku
ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya
kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka
dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini
adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
solat untuk mengingat akan Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang
diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia
telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi
Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan allah di atas bukit Thur
Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa dua jenis
mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan
zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang
dengan tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti
yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi
Musa dengan jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku
bertelekan pdnya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku.
Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk
keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan
Allah yang nampak sederhana itu baru dimegertikan dan diselami oleh Musa
setelah Allah memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di
atas tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap
dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru
kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asal." Maka begitu ular yang sedang
merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi
tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari
Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa
agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya
perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau
penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9
sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai kepadamu
kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat api, lalu berkatalah ia kepada
keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini} sesungguhnya aku melihat api,
mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku
akan mendapat petunjuk di tempat api itu." 11.~ Mak ketika ia datang ke
tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa, 12.~ Sesungguhnya Aku ini
adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu
berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan aku telah memilih kamu, maka
dengarkanlah apa yang akan diwahyukan {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya Aku
ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah solat untuk mengingati Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu
akan datang. Aku merahsiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu
dibalas dengan apa yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu
dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan
oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi
binasa." 17.~ Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata
Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul
{daun} dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain
padanya." 19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu
dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang
merayap dengan cepat. 21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan
takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan
kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih
cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk
Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami
yang sangat besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }
Musa
diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di
Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas.
Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk
peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup
dalam suasana penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta
bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan
terutamanya ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya
kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan
diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap
penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman,
penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya,
terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang
harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa
rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga
makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan
moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur
Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai
Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa
ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak
sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan
yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang
Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya
menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh
ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh
tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari
ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan
bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak
sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada
di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat
kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir
tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari
Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan
rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang
berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui
batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan
bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun
akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah
Musa kepada Allah: "Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka aku
khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu
dari keluargaku sendiri, iaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam
melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi
orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar}
lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat dan
bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah
hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui
Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun
dengan diiringi firman Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir
akan diseksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar
serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan
Fir'aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut
sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid,
meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap
yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan
dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas
di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah "Al-Qashash" dan ayat 42
sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan mereka,
maka aku takut mereka akan membunuhku, 34.~ dan saudaraku Harun dia
lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu
untuk membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan
mendustakan aku." 35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan
saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka
tidak dapat mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat
Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." {
Al-Qashash : 33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa
ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati
batas. 44.~ maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45.~
Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa
ia segera menyeksa kami atau akan bertambah melewati batas 46.~ allah
berfirman: "Janganlah kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta
kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua
kepadanya {Fir'aun} dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah
utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah
kamu menyeksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan
membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu
dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah
(dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Musa mempertunjukkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Fir'aun
tetap berkelas kepala dan semakin bingung
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan
Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu,
setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang
ingin bertemu dengan raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan
Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para
penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua
ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah
kepadamu agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan
penindasanmu dan menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada
Allah dengan leluasa dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa
berkata kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami
mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana
sampai mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang
menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau yang melakukan pembunuhan
terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu
semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau
telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang
dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah
akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar
orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu
terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah
peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari
penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang
telah aku lakukan itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan,
namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang
terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah aku melarikan diri
dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta
mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku
sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak
engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan
penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan
yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini
selain aku yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, iaitu Tuhanmu
dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru
sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa
yang ada antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para
penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada disekitarnya.
Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang
gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan
kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan
kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi
petunjuk kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang
dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan
menyembah berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang
itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di
atas mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta
keengganan mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan
seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya yang
hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami
bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya
menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan berani
merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan
dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara
mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti
engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan
memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang
membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata:
"Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan
kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan
Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah
"Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata: "Bukankah
kami telah mengasuhmu diantara {keluarga} kami diwaktu kamu masih
kanak-kanak dan kamu tinggal diantara {keluarga} kami beberapa tahun
dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah
kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak
membalas jasa." 20.~ Berkata Musa: "Aku telah melakukannya sedang aku
diwaktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. 21.~ Lalu aku lari
meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu, kemudian Tuhanku
memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah seorang diantara
rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini adalah
{disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il." 23.~ Fir'aun
bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa menjawab: "Tuhan
pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu}
jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~ Berkata Fir'aun
kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?".
26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang
dahulu" 27.~ Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan
kepada kamu sekalian benar-benar orang gila". 28.~ Musa berkata: "Tuhan
yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya
{itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal". 29.~ Fir'aun berkata:
"Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku benar-benar aku akan
menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". 30.~ Musa berkata:
"Dan apakah kamu {akan melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu
sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adlah termasuk orang-orang
yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 } Musa mempertunjukkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab tentangan Fir'aun yang
menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan
tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular
besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari
dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa: " Hai
Musa demi asuhanku kepadamu selama lapan belas tahun panggillah kembali
ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi
tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa hairan
dan takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta
memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya
dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata
Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang
menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu saja
menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah
diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia
khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya
adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang
mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya
akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh
penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan
Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh
daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana
disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan
jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang oleh
mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada
Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima tentangan
Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa
berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan keluar sebagai
pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan sihir yang
diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah
bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka
berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan
untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama
kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli
sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah
kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat
sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mrk
untuk memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari Fir'aun
akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila berhasil
mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai
disiapkan dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya
mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk di atas kerusi singgahsananya
maka dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa
dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai
sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya
melemparkan tongkat dan tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa
merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan
tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah
tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya
orang-orang kafir itu. Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa
cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau
adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini.
Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai
dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma
dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang
terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk. Mrk segera menyerah kalah
bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya berkata:
"Itu
bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan
tetapi sesuatuyang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan
kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk
tidak mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan mereka sesudah
apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan
sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera
membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya
begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman
kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi
pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai
pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan
merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata
kepada mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada
keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu
persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab ia
mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan
kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di
depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan
khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku
salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan
bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk
dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena Allah telah membuka mata
hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan
kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang
menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir
dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk
diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran
kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa
pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah
memdpat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan
itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus
megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang
benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak
putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini
sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas
dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai
berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat
itu {menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya}
maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang
yang melihatnya. 34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di
sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir
yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan
sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab:
"Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri
orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan
mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu
dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang
maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu
sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah
orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk pun
bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah yang
besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun menjawab:
"Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi
orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa kepada mrk:
"Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk menjatuhkan
tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi kekuasaan
Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~ kemudian
Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu
yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir
sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami beriman kepada
Tuhan semesta alam , 48~ iaitu Tuhan Musa dan Harun". 49~ Fir'aun
berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi
izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar
sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui
{akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu
dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka
berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan
kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa
Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah
orang-orang yang pertama sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Nabi Musa yang telah mengalahkan
ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan
Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan
kehormatannya menurun. ia khuatir jika gerakan Musa tidak segera
dipatahkan akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan
mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak
berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka
sebaliknya makin membakar dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk
berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya
bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan amcam-macam
kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah kita
warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita
makin lama makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga
lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh
rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah negara dan
kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu
huraikan itu sudah menjadi perhatiku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir
kita oleh Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan
sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikut-pengikutnya yang
makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti pada akhirnya akan
merusakkan adab hidup masyarakat negara kita serta membawa kehancuran
dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini. karenanya aku telah
merancang akan bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap
orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan
oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan
macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang
menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas kambing
dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya
kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat kerajaan
Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan
pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada
masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya
menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk
akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mrk alami.
Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya
memohon kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan dan
perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya
kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan
kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang
merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak
dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu.
Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang
terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur
iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan
tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan
tidak dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya
bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka
Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang
menjadi pengikutnya, iaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat
dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang
pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang
mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan
perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun
untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri
mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta
tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah
Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu
bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu
bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya.
Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan
menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam
kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang
telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang
akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang
mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus
dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang
baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar,
jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga
Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap
berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh
para nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan
, sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan
umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh
kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena
Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan
nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu akan menerima
seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling
kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari
seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin kebaikan
bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa kehidupan
di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan kesenangan
dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun
itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun
ia telah berusaha dengan menggunakan kecekapan berpidatonya dan susunan
kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah
umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena
perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya
bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya
yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat
untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam
barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan
dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro
kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi
anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu,
aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru
kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa
yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman kepada
Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah
pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan
kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada
Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh,
bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui
batas akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah
nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku
ini kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa susah
karena perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku
dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat
perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas
dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah
"Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24
sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada
Fir'aun}: "Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat
kerusakkan di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta
tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki
mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan
sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas mereka". 128~ Musa berkata
kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah
sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah dipusakakannya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesusahan yang baik adalah
bagi orang-orang yang bertakwa". 129~ Kaum Musa berkata: "Kami telah
ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu
datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh
kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat
bagaimana perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang
beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya
berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia
menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang
pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia
seorang yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya
kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan
pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong
kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku
tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku
tidak menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." 30~ Dan orang yang
beriman itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan
ditimpa {bencana} seperti peristiwa {kehancuran} golongan yang
bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan
orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku, sesungguhnya
aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~ {iaitu}
hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu
seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang
disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi
petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu
berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang
benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
kesenangan {sementara} dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang
kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan
dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa yang
mengerja amal yang soleh baik laki-laki mahupun perempuan sedang ia
dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi
rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai kaumku! Bagaiman kamu ini, aku
menyeru kamu kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka? 42~
{kenapa} kamu menyerukan supaya kufur kepada Allah dan
mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui padahal aku menyeru
kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah
pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku {beriman} kepadanya tidak dpt
memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia mahu pun di akhirat. Dan
sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allah dan sesungguhnya
orang-orang yang melampaui batas, mrk itulah penghuni neraka. 44~ Kelak
kamu akan ingat kepada apa yang aku katakan kepada kamu. Dan aku
menyerahkan urusan aku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu
daya mereka dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat
buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 4
Fir'aun
menghina dan mengejek Musa
Bani
Isra'il keluar dari Mesir
Selain tindakan kekerasan yang
ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan
penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya
memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin beertambah
semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan
tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada
pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah
ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin tahu sampai
sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia
membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari
segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun
berkata kepada rakyatnya yang sudah diperhambakan jiwanya, terbiasa
memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala
perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki
kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai mengalir
dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan
kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku
yang luas dan ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku? Bukankah aku lebih
baik dan lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak cekap
menguraikan isi hatinya dan menerangkan maksud tujuannya. Megapa
Tuhannya tidak memakaikan gelang emas, sebagaimana lazimnya orang-orang
yang diangkat menjadi raja, pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia
tidak diiringi oleh malaikat-malaikat sebagai tanda kebesarannya dan
bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar
kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan
kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala
titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun
zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa
sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap
berkeras kepala menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin
memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il terutama
para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada
kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa
Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman,
kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah
dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak
mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di dunia
semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada
Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum
kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang meluap-luap dan
kenikmatan duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan mereka menyesatkan
manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau redhai dan tuntunan yang
Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta-benda mereka dan
kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan beriman dan kembali kepada
jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan
permohonannya yang diperkenankan oleh Allah, maka dilandakanlah kerajaan
Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya
sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang
disamping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan
gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan
makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh
hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah,
gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai
akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit
yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain.
Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu
ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup
mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan
menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan
makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan
bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah mereka kepada Nabi Musa
minta pertolongannya demi kenabiannya, agar memohonkan kepada Allah
mengangkat bala itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mrk akan
beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka
dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu
tercabut dari atas mrk dan hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya,
mrk mengingkari janji mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang
Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena doa dan
permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas
ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat 54 surah
"Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat
135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada
pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku membunuh Musa, dan hendaklah ia
memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khuatir dia akan
menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka bumi." { Al-Mukmin : 26
}
"Dan Fir'aun
berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai kaumku! Bukankah kerajaan
Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir
dibawahku, maa apakah yang kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih
baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan
{perkataannya}? 53~ Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau
malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya." 54~ Mak
Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh
kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." {
Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta
kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka
menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak
beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu
tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu
mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88
sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan}
kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan
buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran 131~ Kemudian apabila
datang kepada mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana
{usaha} kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan sebab
kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta dengannya.
Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah,
akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk berkata
kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk
menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan
beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka
taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi
mrk tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan
ketika mrk ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata:
" Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan}
kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika
kamu dapat menghilangkan azab itu drp kami pasti kami akan beriman
kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu." 135~ Maka
setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga batas waktu yang mrk
sampai kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135
}
Bani Isra'il yang cukup menderita
akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan
hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan
bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar
dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun
dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa
memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum
Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju
Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap
oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang
akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah
selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam
hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il ketika melihat laut
terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk dikejar oleh Fir'aun
dan bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir.
Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk tertangkap, maka hukuman
matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari
sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami
harus pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut
berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang
harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan
kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas,
perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang
akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh
yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa
berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang
kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan
perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin
Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang
besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang
sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh
kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di
bahagian tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka
Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara
dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati
mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang
hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah
diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya
turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa
mrk akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya
tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air
itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada
kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira
bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak
mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh
manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang
berkuasa yang harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap
sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah
mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani
Isra'il yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman
Allah yang telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun
dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang membelah itu,
jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang
menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan
sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani
Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan
berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan
sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya,
seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di
depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain
Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan
berserah diri kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun
yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata
beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan
ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau
sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan
penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan
berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang
berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan
menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku
apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang
meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi
Musa masih meragukan kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan
kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja
bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia
akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih
melekat pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa
Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan
kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang Fir'aun adalah suatu
khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati
tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan
Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani
Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh
Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah
segala tahayul mrk tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa
mayat Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang
Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat
di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam
surah "Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga
68 ; surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami
wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani
Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk mrk jalan yang kering di
laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut
{akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala tenteranya mengejar mrk,
lalu mrk ditutup oleh laut yang menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun
telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~
79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di
waktu matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling
melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita
benar-benar akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia
akan memberi petunjuk kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa:
"Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan
tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami
selamatkan Musa dan orang-orang yang bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami
tenggelamkan golongan yang lain itu. 67~ Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat} dan
kebanyakkan mrk tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani
Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala
tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91~ Apakah
sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92~
Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." { Yunus : 90 ~ 92}
Nabi
Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita
akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan
hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan
bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar
dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun
dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa
memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum
Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju
Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap
oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang
akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah
selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam
hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il ketika melihat laut
terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk dikejar oleh Fir'aun
dan bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir.
Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk tertangkap, maka hukuman
matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari
sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami
harus pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut
berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang
harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan
kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas,
perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang
akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh
yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa
berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang
kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan
perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin
Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang
besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang
sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh
kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di
bahagian tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka
Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara
dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati
mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang
hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah
diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya
turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa
mrk akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya
tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air
itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada
kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira
bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak
mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh
manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang
berkuasa yang harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap
sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah
mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani
Isra'il yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman
Allah yang telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun
dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang membelah itu,
jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang
menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan
sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani
Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan
berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan
sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya,
seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di
depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain
Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan
berserah diri kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun
yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata
beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan
ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau
sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan
penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan
berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang
berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan
menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku
apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang
meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi
Musa masih meragukan kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan
kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja
bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia
akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih
melekat pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa
Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan
kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang Fir'aun adalah suatu
khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati
tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan
Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani
Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh
Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah
segala tahayul mrk tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa
mayat Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang
Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat
di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam
surah "Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga
68 ; surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami
wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani
Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk mrk jalan yang kering di
laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut
{akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala tenteranya mengejar mrk,
lalu mrk ditutup oleh laut yang menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun
telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~
79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di
waktu matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling
melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita
benar-benar akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia
akan memberi petunjuk kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa:
"Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan
tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami
selamatkan Musa dan orang-orang yang bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami
tenggelamkan golongan yang lain itu. 67~ Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat} dan
kebanyakkan mrk tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani
Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala
tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91~ Apakah
sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92~
Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." { Yunus : 90 ~ 92}Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara ahli
tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji
kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat
digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai
tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah dengan sesama
manusia dan bagaimana mereka harus melakukan persembahan dan ibadah
mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka akan dapat petunjuk
akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai
oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat
mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi
Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi
Musa memohon kepada Allah agar diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi
pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan
kepadanya agar untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaiut
semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia
akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab
penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia
harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa
segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau
kurang sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah
daun-daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh
malaikat yang datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat
itu kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu
untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap,
padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah
lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu
itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari
sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh
orang yang telah dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke
bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus
serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat
bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri
di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut
serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang
diri mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul
di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk
mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku,
nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan
sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat bukit itu, jika ia tetap
berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau
akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan
pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga
dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan
bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh tubuhnya dan
jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan
bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya
itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan
terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman
kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi
Musa kitab suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau
kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis
segala sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan
penuntun kepada jalan yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat"
kepada Musa dengan firman-Nya: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah
memilih engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu, untuk
membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah
memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung
dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan
berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang
Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan
membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani
Isra'il agar mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku
tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi
Musa ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142
sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih
cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84~ Berkata Musa: "Itulah mereka
sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepadamu ya Tuhanku, agar supaya
Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~ 84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan
kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah berlalu waktu tiga puluh malam
dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan
berkata Musa kepada saudaranya, iaitu Harun: "Gantilah aku dalam
{memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan
orang-orang yang membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk
{munajat} dengan {Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan
telah berfirman {langsung} kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku
nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku,
tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya {sebagai
sediakala} nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi
gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa
pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha
Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama
beriman." 144~ Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu
lebih dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan
untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada
apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang
yang bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat}
segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman:
"Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang
kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142
~ 145 }
Bani
Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani
Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak
akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam
perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi
berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi
jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak
dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka
tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan
menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mrk.
Mrk menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi
Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam kegelapan dan dalam
keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan telah kehilangan
pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada
mrk.
Keadaan yang
tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu,
digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil
menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk
menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi
Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri
yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah
tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak
dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar
mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu
dapat menggoyahkan iman dan akidah pengikut-pengikut Musa yang memang
belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka
untuk disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu
berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari
perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu
dibuat begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan
anak lembu sejati yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu
oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya
itu sebagai tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun
yang berkata: "Alangkah bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak
lembu yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan
tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah
menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain
Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan
hasutan Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada
anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke
tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang
telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka
dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara
mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga
dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk
mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia
hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti
kedatanagan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah
selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke
tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa
yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi
Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat
kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas,
menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan sedihnya ia
tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan
berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya
seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat
mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah
engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka
kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan
Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa
engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar
begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku,
janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku.
Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun
mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah
dan mengancam akan membunuhku. Aku khuatir jika aku menggunakan sikap
dan tindakan yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di
antara sesama kita, hal mana akan menjadikan engkau lebih marah dan
sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira
melihat perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah disamakan aku dengan
orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh
kembali ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq
yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai
Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku,
sehingga mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau
buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak
melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil
segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya
ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu
yang dapat menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu
biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri:
"Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab karena perbuatan
kamu ituengkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang
terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan menderita
sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat
nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat dab sembah
ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa
kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan yang
kamu telah kerjakan setelah kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului
janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang
baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau menghendaki kemurkaan Tuhan
menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang buruk itu dan
perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak
sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan
tetapi kami disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan
orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang
sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu
menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara, sehingga dapat
menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam
di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa
besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak
lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan,
Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia
menunjukkan kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas
kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan dan
memohon ampun dan rahmat Allah agar selanjutnya melindungi mereka dari
godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan
akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan
bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan
tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami
oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku
dan saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu
sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi
hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua
dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan
Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya,
maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari
kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung
anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya
untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta
ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar
berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah
ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju
ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi
seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke
dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud
terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan
Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk
melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar
percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa
bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak
akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan
sebagai jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan
ketakaburan itu, Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang
menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat
nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan
orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada
Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku
telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara
kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan
mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah
kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan
atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan
permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang itu,
maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sedar dari pengsannya.
Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari mereka bahwa
mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup
mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang
dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran
dalam banyak tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98,
surah "Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55,
56, 63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka
sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan
mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~ Kemudian Musa kembali kepada
kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang
baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu
melanggar perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka berkata: "Kami sesekali
tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi
kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami
telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya." 88~
Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan
bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi
Musa telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan
bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka
dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak pula
kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka
sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi cubaan
dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha
Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka menjawab:
"Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali
kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu
ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu tidak mengikuti
aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?" 94~ Harun
menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jangutku dan jangan
pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu akan berkata
{kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu tidak
memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa: "Apakah yang mendorongmu
{berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku mengetahui
sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam aari
jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku
membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi
kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan : Janganlah
menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat} yang
kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang
kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian
kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang
berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan
selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98
}
"149~ Dan
setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka
telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak
memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami
menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku
ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau
dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang." { Al-A'raaf :
151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya
kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan
rahmatbutk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih
tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami}
pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa
bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau
telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg akal di antara
kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu
siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang
Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan
berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun
sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu
berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami
melihat Allah dengan terang karena itu kamu disambar halilintar, sedang
kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu
mati, supaya kamu bersyukur." { Al-Baqarah : 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami
mengambil janji dari kamu dan Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di
atas {seraya Kami berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami
berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu
bertakwa. Kemudian kamu berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka
kalau tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu
tergolong orang yang rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani
Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah
yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari
kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan
mereka berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana
Allah telah membinasakan Fir'aun , musuh mereka tenggelam di laut.
Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang kering
dan tandus, Allah telah memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan
hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan
beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk
memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan
nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah
mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala
dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada
rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi
Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah
dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal
anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu.
Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku
"Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan
perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan.
Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan
pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha
untuk dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk
sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki
Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya
menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal
sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta
Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan
tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat
sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau berjuang dan memeras
keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya
secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah
mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah
kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih belum
bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah setelah
mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya yang akan mendampinginya
melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah: "Ya
Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun,
maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari
nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak
perintah Allah memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas
mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara
berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap.
Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan
datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu
sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas
dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26
sebagaimana berikut :~
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya
kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara
umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin}
yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari
kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi
orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam
negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak
sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika mereka
keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di
antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota}
itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang
beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu
pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya
kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku,
aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu
pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah
berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas
mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan
berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu bersedih
hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah : 20 ~
26 }
Kisah
sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat
yang telah dinerikan oleh Allah kepada Nabi Musa ialah penyembelihan
sapi yang terkenal dengan sebutan sapi Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak
laki-laki putera tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan
harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa
meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera
tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang besar
itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana menurut
hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak kepada
mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa saudara
mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu,
sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar itu akan jatuh
kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana
yang tersusun rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa
melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh
oleh seorang yang tidak dikenal identitinya mahupun tempat di mana
iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap
tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan
pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang
segera menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi
dan dengan lidah sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban
yang dengan izin Allah akan bangun kembali memberitahukan siapakah
sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara
yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan
diejek karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian
itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali
menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa
yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh
akal manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa
pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan
cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami
bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang
engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi
betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah
sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih
sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk
Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua,
belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman tidak
cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke
pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang
akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi
itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi
satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang
fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati
waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon perlindungan bagi putera
tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain
seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si
anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat
dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli
dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu
dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali
dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya
bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang
kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan
keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak
dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur
yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan
pokok cerita di atas, terdapat dalam surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga
73 sebagaimana tersebut di bawah ini :~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa
berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih
sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah
ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi salah
seorang dari orang-orang yang jahil." 68~ Mrk menjawab: "Mohonlah kepada
Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah
itu? Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu
maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka
berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua
warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk
berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi
itu {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat
petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah
dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada
belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat
sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir
saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika
kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang
itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan
sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan
kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu
tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi
Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi
Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi
nasihat dengan mengingatkan kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allah
yang telah dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya diimbangi dengan
syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan segala perintah-Nya
dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman,
bertaat dan bertakwa, Nabi Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi
mereka yang mengingkari nikmat Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri
pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya kepadanya: "Wahai
Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai dan paling
berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya orang yang
lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya lagi si penanya
itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata dalam hati kecilnya: "
Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku adalah penakluk
Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat membelah laut
dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan bercakap-cakap
langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat melebihi
kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah dialami
dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri
yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, dicela oleh Allah yang
memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih luas untuk dimiliki
oleh seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan bahwa bagaimana
luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat orang lain
yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk
melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah memerintahkan
kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di mana dua
lautan bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu
oleh Allah itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi
Musa sehingga dapat menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat
membanggakan diri dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai
dan berpengetahuan luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai
Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi
memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan
ilham yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa:
"Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari
dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan
di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang soleh
itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, didampingi
oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya yang setia. Ia
membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang
terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak
akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang soleh itu walaupun ia
harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar
segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang
dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua
lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya,
tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi
lautan. Pada saat ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik,
membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui
melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya,
bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun
tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa
beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta
dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt
lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan
teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut.
Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh
syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada
di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam
keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan
melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu
segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri
menjadi kegirangan mendengar berita itu dari Yusya' karena telah dapat
mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan hamba Allah yang dicari
itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah tempat yang kami tuju dan
disini kami akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami kembali ke
tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari
perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba mereka kembali di tempat di
mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat seorang bertubuh kurus
langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan iman serta tanda-tanda
orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan pakaiannya sendiri, yang
segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata salam Nabi Musa
kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab:
"Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani
Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau
mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku",
jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah yang aku cari", berkata Musa
dalam hatinya, seraya mendekatinya dan berkata kepadanya: "Dapatkah
engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana
saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan
mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak
pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir itu menjawab: "Engkau tidak
akan sabar dan tidak dapat menahan diri bila engkau mengikutiku dan
berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib
yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang salah dan mungkar
namun pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau
sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan
dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang
murid yang ingin belajar dan menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau
akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu
perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa:
"JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka
engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu
sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau
tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan
dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku
dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan
perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi
Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan mematuhinya bulat-bulat, maka
diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap
persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di
mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta
pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat
yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara
percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik
kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki
sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut
perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di antara gelombang-gelombang
tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil
dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu
gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang telah berbuat baik
terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir
dengan berkata: "Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak
dan melubangi perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau
hendak menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah
engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa
kepada kami dan menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa
membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah
katakan kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat
tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku
telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan
dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah
meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan
dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak
laki-laki yang sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba
dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak
jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya seketika itu. Alangkah
terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir yang dengan
sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa,
seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan
satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh
Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri
melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka
ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang
anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan
yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku
telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri
berjalan dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah
Musa: "Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi
lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau
memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima
oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai
tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat untuk
menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah
ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara dan
sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun
tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal bachil {pelit}
itu yang mahu menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap
makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan
Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu
rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding itu
dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar, berkata
Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat
kebaikan bagi orang-orang yang jahat dan pelit ini. Mereka telah menolak
untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap makanan untuk
perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu
menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat
kami menutupi keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa,
inilah saat untuk kami berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir.
Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur. Akan tetapi sebelum kami
berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan serta alasan-alasan
perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir
melanjutkan huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera yang kami tumpangi
itu adalah dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh
seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera itu.
Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan
sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan
melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang zalim itu
akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu yang dianggapnya rusak
dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah
pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari
tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh
itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak
yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang
mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan
melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu.
Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak
pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang
ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu adalah karena dibawahnya
terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah
mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan Allah menghendaki bahwa
warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai ketangan mereka
selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat
dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang
ingin engkau ketahui tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas
lalu engkau anggap buruk dan melanggar hukum. Semuanya itu telah
kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah
kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah
"Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa
berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum
sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai
bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua laut
itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh
berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita
sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." 63~
Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung
di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu
dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan
dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."
64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari
sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang
telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sesekali
kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku, 68~ dan bagaimana kamu dapat
sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang hal itu?" 69~ Musa berkata: "Insya-Allah kamu akan mendapati aku
sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu
urusan pun." 70~ Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah
kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu." 71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya
menaiki perahu, lalu Al-Khidhir melubanginya. Musa berkata: "Mengapa
kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan
penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang
besar. 72~ Dia {Al-Khidhir} berkata: "Bukankah aku telah katakan:
"Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan sabar bersama dengan aku." 73~
Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku,"
74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan
seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa kamu
bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain?
Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~ Al-Khidhir
berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu
tidak akan dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku bertanya
kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan
uzur padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai
kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu
menjamu mereka kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding
rumah yang hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa
berkata: "Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu."
78~ Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu
kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan
orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan
bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas
tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya
adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami
menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih
sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan
dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang
yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku sendiri.
Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi
Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun adalah nama seorang drp kaum
Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan
rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai
bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan
kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan
benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya
membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan
beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk
kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain.
Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan
hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia
tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa
itu, ia merasa masih belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki
dan terus berusaha mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat
mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah
dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolhi
segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan
orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun
tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan
harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan
kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan
kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh
pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya
bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang
yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan
bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang
harus disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan
melakukan perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang
yang ditimpa musibah atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah
yang telah memberinya rezeki yang luas itu dapat sewaktu-waktu
mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan
yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak
diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia
bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat
dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi
perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak
tanduknya. IA menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang
yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah
semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya
berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun.
Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak
hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa
pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang
memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang
yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan
secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia
keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa
pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai
kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang
ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk
terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara
sesama mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak diberi
rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun?
Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya
di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu
kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin
yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah
letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan
anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta
kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya,
melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan
kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap
orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam
harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn
sebagai hak orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib
diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan
menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa
kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama
barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala
kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah
memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan
mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga
menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan
fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau
telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya
seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan
dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan
kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar dan harus
dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus ditaati dan
dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk
mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat
dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia
keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan
menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya
Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang
bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa
meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan
timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak
akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat
tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban
mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan
maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya
menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan
oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan
dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri
dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang
halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan
Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang wanita
yang diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan
perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya
tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka
digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang
sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah
fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah
bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa
bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap
menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama
perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para
pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan
mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan
kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan
maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar
menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar
menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya
melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan
kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah
memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di
atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal
Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun
hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan
harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat
rohani bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan
kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka
berkata seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya Allah telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti
Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami
telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang
membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang
yang mengingkari nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat
dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab"
ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah
termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh
berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya
berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan}
duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka}
bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah
sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.
79~ Mak keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya
ia benar-benar mempunyai peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah
orang-orang yang telah dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan
beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang
yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang dapat}
membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya
dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita
benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah,
tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat} Allah." {
Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari
tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang
mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout
diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki
Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu
menjadi sasaran penyerbuan dan serangan dari bangsa-2 sekelilingnya,
seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin sendiri dan
bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih
berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud"
suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah
pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang
berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda keramat
mereka yang bernama "Tabout", iaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab
Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari
banyak kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il.
Mereka menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang dapat
menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka dikala menghadapi
musuh. Maka karenanya dalam tiap medan perang dibawanyalah Tabout itu
untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa
berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan dirampasnya
Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan
berantakanlah barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana
binatang ternakan yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh
Nabi Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau seorang
pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu bendera
dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari
luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim
penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan
kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di
antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu
yang paling disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu
didengar dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa
pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih melihat keadaan kaumnya menjadi
kacau bilau dan bercerai berai setelah dikalahkan oleh bangsa Palestin
dan dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang
merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan
kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin yang kuat yang
berwibawa dan mempunyai kekuasaan sebagai seorang raja untuk menghimpun
mereka dan seterusnya menjadi panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak
mereka dan titik-titik kelemahan serta sifat-2 licik dan pembangkang
yang meletak pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kamu akan
takut dan enggan bertempur melawan musuh bila kepadamu diperintahkan
untuk berperang menghalau musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami
menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur melawan musuh
sedangkan kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan
dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan menurun
darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami alami
ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang datang
menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan gentar
masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan dari
seorang yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan
segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian
ketetapan hatimu dan demikian pula keinginanmu untuk memperoleh seorang
raja yang akan memimpin dan membimbing kamu , maka berilah waktu
kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan Allah menunjukkan
kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil
mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat
seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun
ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah akan
memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka
dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan
gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas tampan. Dari pancaran kedua
matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah seorh yang cerdik, cekap
dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. IA hidup dan
bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak
banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya
bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout
sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah
dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang
sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang
hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak
berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia
mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah
bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout:
"Kami sekarang sudah berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il
berada. Alangkah baiknya kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-2
ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di mana kiranya
kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang nabi yang
menerima petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah
banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang
kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah
mereka berdua menuju tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan,
mereka bertanya kepada beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air
dari sebuah perigi: "Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak
usah kamu cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan
datang ke sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh
rakyat tempat itu." Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para
gadis itu memberikan keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya
yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang
mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang
memandang, berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui
bapak untuk memohon pertolongan iaitu dapatkah kiranya kami diberi
keterangan dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keldai
kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan
jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah
Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah orangnya yang oleh Allah
ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani Isra'il. Ia
berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku cari itu sedang berada dalam
perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu. Janganlah engkau
rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai itu.
Kerana aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih
besar dan lebih penting dari soal keldai. Engaku telah dipilih oleh
Allah untuk memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan
mereka yang sudah kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh
yang sedang menyerbu dan menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan
akan menyertaimu memberi perlindungan kepadamu dan mengurniakan
kemenangan dan kemujuran dalam segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku
dapat menjadi seorang raja dan pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini
seorang dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari
pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang
tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya.
Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya.
Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala
kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini.
Terimalah tugas suci ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh
akan pertolongan dan perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah
tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan
berkata: " Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih
untuk menjadi rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala
urusanmu dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kamu
berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri
tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja
Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul
mengerumuni somu'il mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout
sebagai raja, tercengang dan terkejut dan dengan mulut ternganga mereka
melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan mereka dari wajah
Somu'il ke wajah thalout yang menandakan kehairanan dan ketidak-puasan
dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa
seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal orang
ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan
seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti
Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang
yang miskin yang tidak dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya
terbatas didesanya. selain ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang
menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda"
yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak
memiliki pengalaman dan kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja
untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih
sahaja seorang drp mereka yang berada di kota yang pandai-pandai,
berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi
keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan
pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia
memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan kecekatan
bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam dir Thalout di samping ia memiliki
tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang
tampan yang memberi kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya.
Selain itu semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami
memilih orang lain setelah Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang
demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak dapat berbuat
lain selain meneriam kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan
keragu-raguan kami tentang diri Thalout, berilah kepada kami suatu tanda
yang dapat menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya
Allah telah mengetahui watak dan tabiat kamu yang kaku dan keras kepala.
Imanmu tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak
mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera
kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout
menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan kembali peti
keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh bangsa Palestin.
Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa oleh malaikat. Pergilah
kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka
kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya kembali Tabout yang sudah
tujuh bulan berada di tangan orang-orang Palestin itu, maka diterimalah
pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan bai'at
kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala nasihat dan
perintahnya.
Raja
Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh
thalout setelah dinobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan
menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi
tentera yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan
berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat,
tidak mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang
usaha sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan
fikiran dan tenaga bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari
negeri mereka dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai
ujian untuk mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan
tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan
perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah
terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di
antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia
yang dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya.
Sebaliknya barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu
seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah
seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan
keberaniannya dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh
Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera
Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil sahajalah
dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat.
Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan
minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran
disiplin oleh sebahagian besar dari anggota tenteranya, thalout tetap
berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dg
pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga
dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan
tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh
kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah
melanggar perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout bersikap
sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan
tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang
dan berhadapan dengan musuh, sebahagian drp pasukan Thalout ialah
mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai, merasa
kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari
orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan
jumlah tentera yang lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan
bernama "Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang
panglima yang berani, cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam
peperangan. Tiap orang yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh
terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada
bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami
tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout
berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih lengkap peralatannya dan
lebih besar bilangannya daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia
yang merupakan golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak merasa
takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka
lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan
perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan
negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada
Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah
berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas
rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata
mereka kepada kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk
bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan yang
sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan menggondol kemenangan
bila iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan
pertolongan Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah, bahwa
kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar, bila
Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah selalu
berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan
kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang ingin mundur dan
melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju
memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan
dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain
dan pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa
Palestin, panglima besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat
suaranya menentang pasukan Thalout mengajak bertarung seorang lawan
seorang Berulang-ulang ia berseru dengan suara
yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang akan melawan
dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar adri tengah
pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan
dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang
sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah
termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang
itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan hati para pemimpin
pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu kepada yang lain, seray
bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka
yang dapat maju membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan
melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang
lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya
memancarkan keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja
untuk keluar menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan
keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk bertarung dengan
Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri yang sudah
berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut
cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hinaan.
Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa
berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke gelanggang
melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu,
yang belum pernah turun ke medan perang dan tiak berpengalaman bertarung
akan selamat dan keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia
benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan
suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung dengan Jalout. Sayang
bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan menjadi korban dan
makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada
lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat
menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya
bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau
terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang menjadikan
engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout karena yang
menentukan dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan
kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan
hati dan keuletan bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang
menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang lalu
aku telah berhasil menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia
hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang
seekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat
mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan
faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan
hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai
perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam
setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati
yang ikhlas dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan
keras ingin melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia
dapat mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk
melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya
dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh
anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah baju
besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia
menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan
senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan
sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya:
"Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat,
bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah dan
berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring
singa dan kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah
Jalout yang durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt
sedrhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju
gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya
seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang
masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia adalah seorang pemuda
remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan
topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata: "Utk
apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk mengejar anjingkah atau untuk
memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan
zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal
engkau masih muda yang belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang
masih harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini akan
aku habiskan nyawamudalam sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu
makanan yang lazat bagi binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh
bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan
pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan
tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama
Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama engkau hina, engkau jajah dan
engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan
panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah dan
kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke
neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat
mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya,
melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika
itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua
matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang
pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan
nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari
pihak pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu
atas Jalout jaguh dan kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya
Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka
melarikan diri tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun
oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan
harga diri serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh
Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud
:~
"246~ Apakah
kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah Nabi Musa,
iaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk
kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di bawah pimpinannya} di
jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin sekali jika kamu nanti
diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`." Mereka menjawab :
"Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya
kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?"
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling,
kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab:
"Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah
telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan
tubuh yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
248~ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia
akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman. 249~
Maka tatkala Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata:
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di
antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa
tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan,
maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang
telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk
melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka
akan menemui jalan Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan
Allah berserta orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan
tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera
Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam
peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan
kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout}
serta Allah mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." {
Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
Beberapa Catatan tambahan
*** Pemuda
yang menurut cerita yang telah bertanding melawan dan mengalahkan Jalout
dan berhasil membunuhnya adalah Nabi Daud, sebagaimana ditegaskan dalam
ayat 251 surah "Al-baqarah".
*** Nabi Musa wafat pada usia 150
tahun di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di mana ia diperintahkan oleh
Allah untuk melihat tanah suci yang dijanjikan {Palestin} namun tidak
sampai memasukinya.
*** Nabi Harun wafat sebelum Nabi Musa sehingga ia masih
sempat dimakamkan oleh Nabi Musa di atas bukit "Hur" yang terletak di
gurun Sinai.
0 komentar:
Posting Komentar