Nabi
Nuh adalah Nabi
keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin
Metusyalih bin Idris.
Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah
dalam masa "fatrah" masa kekosongan diantara dua Rasul dimana biasanya manusia
secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi yang meninggalkan mereka dan
kembali syirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemunkaran dan
kemaksiatan dibawah pimpinan iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi
Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang ditengah-tengah
mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat
oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai Tuhan-Tuhan yang
dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan
kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan
mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan gaib diatas manusia itu
diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera
kebodohan mereka. Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka "Wadd" dan
"Suwa", kadangkala "Yaguts" dan bila sudah bosan digantinya dengan nama
"Yatuq" dan "Nasr".
Nabi Nuh berdakwah kepada
kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka
meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid
menyembah kepada Allah Tuhan
semesta alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya
serta meninggalkan kemunkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh
Syaitan dan iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya
agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan
bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada diatas
dan dibawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang
memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pergantian malam menjadi siang
dan sebaliknya. Semua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya
keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka
buat dengan tangan mereka sendiri. Disamping itu Nabi Nuh juga memberitahukan kepada
mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas
segala amalannya didunia yaitu surga bagi amalan kebajikan dan neraka
bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemunkaran
dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikaruniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut
dimiliki oleh seorang Nabi,
fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak
tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati
nurani mereka dan kadangkala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang
kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang
enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka
yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat
tenaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan,
kecakapan dan kesabaran dalam setiap kesempatan, siang maupun malam
dengan cara bersembunyi atau terang-terangan dan terbuka hanya sedikit
sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti
ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi seratus orang.
Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial
lemah, sedangkan orang yang kaya raya, berkedudukan tinggi dan
terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan
penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh, mengingkari dakwahnya dan
sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka
terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan
mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha
dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:
"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutus seorang Rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani, orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat. Pengikut-pengikutmu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan sunggh-sungguh benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Jika agama yang engkau bawa dan ajaran-ajaran yang engkau berikan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah bagi kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan diatas kami tentang soal-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. Kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripadamu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan bahwa engkau adalah pendusta belaka".
"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutus seorang Rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani, orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat. Pengikut-pengikutmu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan sunggh-sungguh benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Jika agama yang engkau bawa dan ajaran-ajaran yang engkau berikan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah bagi kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan diatas kami tentang soal-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. Kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripadamu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan bahwa engkau adalah pendusta belaka".
Nuh berkata, menjawab
ejekan dan mengolok-olokkan kaumnya:
"Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakanku dan tetap tidak percaya terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakkan karena kedudukan dan harta benda yang kamu miliki. Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap keras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepadaku maka Allah yang akan menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya atas dirimu. Aku hanya utusan dan Rasul-Nya yang diperintah untuk meyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hambanya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan adzab dan siksaan-Nya atas dirimu sekalian jika Ia kehendaki. Dialah pula yang berkuasa menurunkan siksa dan adzab-Nya didunia atau menundakannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
"Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakanku dan tetap tidak percaya terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakkan karena kedudukan dan harta benda yang kamu miliki. Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap keras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepadaku maka Allah yang akan menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya atas dirimu. Aku hanya utusan dan Rasul-Nya yang diperintah untuk meyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hambanya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan adzab dan siksaan-Nya atas dirimu sekalian jika Ia kehendaki. Dialah pula yang berkuasa menurunkan siksa dan adzab-Nya didunia atau menundakannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan
berkata:
"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi dorongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh, dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pergaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang mensama ratakan para bangsawan dan para awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin".
"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi dorongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh, dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pergaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang mensama ratakan para bangsawan dan para awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin".
Nabi Nuh menolak persyaratan kaumnya
dan berkata:
"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh, diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi persyaratan kamu dan mengabulkan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat kuharapkan untuk meneruskan dakwahku kepada masyarakat lain dan bagaimana aku sampai hati menjuhkan daripadaku orang-orang yang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan diantara di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggung jawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahwa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada persyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat diterima oleh akal dan fikiran yang sehat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat.
"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh, diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi persyaratan kamu dan mengabulkan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat kuharapkan untuk meneruskan dakwahku kepada masyarakat lain dan bagaimana aku sampai hati menjuhkan daripadaku orang-orang yang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan diantara di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggung jawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahwa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada persyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat diterima oleh akal dan fikiran yang sehat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat.
Pada
akhirnya, karena mereka tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran
kata-kata Nabi Nuh dan
merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan
beliau, maka berkatalah mereka:
"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bemujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan berdebat dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami tetap masih belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu".
"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bemujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan berdebat dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami tetap masih belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu".
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh berada ditengah-tengah kaumnya selama 950
tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan
pemyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa memimpin
mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan
terang, mengajar mereka hukum-hukum syari'at dan agama yang diwahyukan
oleh Allah kepadanya,
mengangkat derajat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang
sesuai dengan fitrah dan qodratnya dan berusaha menghilangkan
sifat-sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya
dan mendidik agar mereka berkasih sayang, tolong menolong diantara
sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan
dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya, bertauhid
dan beribadah kepada Allah kecuali
sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai 100 orang, walaupun ia
telah melaksanakan tugasnya dengan segala usahanya dan sekuat tenaganya
dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan
caci maki kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya dimana
kaumnya akan sadar diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran
dakwahnya. Harapan Nabi Nuh
akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurang dan bahwa
sinar iman dan takwa tidak akan menembus dalam hati mereka yang telah
tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan iblis. Hal mana Nabi Nuh membawa firman Allah yang bermaksud: "Sesungguhnya
tidak akan seorang daripada kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali
mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah
engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan".
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah
kesabarannya. Ia memohon kepada Allah
agar menurunkan adzab-Nya atas kaumnya yang keras kepala seraya
berseru:
"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorangpun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal diatas bumi ini. Mereka akan berusaha menyesatkan hamba-hambaMU, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka".
"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorangpun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal diatas bumi ini. Mereka akan berusaha menyesatkan hamba-hambaMU, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka".
Do'a Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan
dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena
mereka itu akan menerima hukuman Allah
dengan mati tenggelam.
Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal,
segeralah Nabi Nuh
mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang
diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat
diluar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan
tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang
diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan
masyarakatnya agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi
menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemoohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja
pembuatan kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan
mengatakan:
"Wahai Nuh! Sejak kapan engkau telah menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang Nabi dan Rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu ditempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut? ".
"Wahai Nuh! Sejak kapan engkau telah menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang Nabi dan Rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu ditempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut? ".
Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan
tersenyum seraya menjawab: "Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu
sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya
kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk
apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya adzab dan hukuman Allah menimpa atas dirimu".
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal
yang merupakan alat pengangkutan laut pertama didunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:
"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu didalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah 2 pasang dari setiap jenis makhluk yang ada diatas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku".
"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu didalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah 2 pasang dari setiap jenis makhluk yang ada diatas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku".
Kemudian tercurahlah dari langit dan
memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata
telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi
dratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit
sehingga tiada tempat berlindung dari air banjir yang dahsyat itu
kecuali kapal Nabi Nuh
yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk
yang diselamatkan oleh Nabi Nuh
atas perintah Allah.
Dengan iringan "Bismillah majraha wa
mursaha" berlayarlah kapal Nabi Nuh
dengan cepatnya menyusuri lautan, menantang angin yang kadang kala
lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Dikanan kiri kapal
terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang tinggi
berusaha menyelamatkan diri dari cengkaman maut yang sudah sedia
menerkam mereka didalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi
Nuh berada diatas geladak kapal memperhatikan cuaca dan
melihat-lihat orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan diatas
permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putra sulungnya yang
bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang
tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima
hukuman Allah itu. Pada
saat itu tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang
ayah terhadap putra kandungnya yang berada dalam keadaan cemas
menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara
spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat
suaranya memanggil putranya:
"Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabunglah dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah".
Kan'aan putra Nabi Nuh yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaithan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolah dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:
"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung diatas geladak kapalmu, aku dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung diatas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air banjir ini".
Nuh menjawab:
"Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami diatas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dan ampunan-Nya".
"Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabunglah dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah".
Kan'aan putra Nabi Nuh yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaithan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolah dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:
"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung diatas geladak kapalmu, aku dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung diatas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air banjir ini".
Nuh menjawab:
"Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami diatas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dan ampunan-Nya".
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya
tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari
pandangan mata ayahnya, tergelincirlah kebawah lautan air mengikut
kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh
bersedih hati dan berduka cita atas kematian putranya dalam keadaan
kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah.
Beliau berkeluh kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku! Sesungguhnya putraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim Yang Maha Berkuasa".
Allah berfirman:
"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia putramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada di puncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh".
Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk putranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil putranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan putranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta benda. Ia sangat menyesalkan kelalaian dan kelupaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirah-Nya dengan berseru:
"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaithan yang terkutuk, ampunilah kelalaian dan kelupaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku menjadi orang yang rugi".
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bersandarlah kapal Nuh diatas bukit "Judie" dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:
"Turunlah wahai Nuh ke darat, engkau dan para mukminin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barokah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu".
Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran
Al Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dari ayat 1 sampai 28, juga dalam surah Hud ayat 27 sampai 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa kaumnya.
Pelajaran Yang Terdapat Dari Kisah Nabi Nuh AS
Bahwasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah dikeluarkan dari hubungan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al Quran yang bermaksud:
"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara".
Demikian pula hadits Rasulullah yang bermaksud:
"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia mencintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri".
Juga peribahasa yang berbunyi:
"Adakalanya engkau memperoleh seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu".
0 komentar:
Posting Komentar