Lebih sebulan terakhir ini media massa yang mengidap Islamophobia
memaksakan opini issue toleransi dan kebebasan beragama. Opini itu
menuduh seolah-olah umat Islam anti toleransi dan anti kebebasan
beragama. Tuduhan ini jelas salah alamat dan jauh dari fakta yang
sebenarnya.
Bahwa umat Islam Indonesia merupakan jumlah mayoritas mutlak di
Indonesia tak bisa dipungkiri. Di antara jumlah total rakyat saat ini:
238.000.000, hampir 90% beragama Islam dan merupakan negara dengan
pemeluk Islam terbesar di dunia.
Sebagai kelompok mayoritas mutlak seperti itu, umat Islam terbukti
tidak pernah memaksakan kehendaknya dan aspirasinya kepada kelompok
lain. Bahkan penghargaan kepada kelompok-kelompok minoritas yang dibuat
berdasarkan keputusan pemerintah, tidak pernah ditentangnya. Contoh
paling mencolok adalah pemberian hak libur kepada penganut agama
minoritas. Mula-mula pemerintah menetapkan hari libur hanya kepada Islam
dan Nasrani. Hak lbur Nasrani pun diberikan hampir setara penganut
Islam. Jika umat Islam mengenal hari libur : Idul fitri, Idul Adha,
Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan 1 Muharram (5 hari libur), maka orang
Nasrani pun diberi hari libur yang hampir sama, yakni : Natal, Wafatnya
Isa Al Masih dan Paskah (3 hari libur). Padahal jumlah orang Nasrani
hanyalah 8% saja. Sungguh berlebihan toleransi umat Islam Indonesia
ini.
Bandingkan nasib umat Islam di negara-negara barat yang minoritas,
seperti Australia, Amerika Serikat dan Eropa. Tidak satu pun di
negara-negara barat ini, umat Islam diberi hak libur pada hari rayanya.
Padahal jumlah umat Islam di berbagai negara itu semakin hari semakin
besar jumlahnya seperti di Rusia, Amerika Serikat, bahkan di China
jumlahnya lebih 100 juta jiwa, juga di India. Bagi orang tua yang
mempunyai anak dan bersekolah di Amerika, di Australia dan Eropa, jangan
kaget jika di hari raya Idul Fitri anak-anak mereka harus masuk
sekolah bahkan ujian.
Anugerah toleransi umat Islam kepada kelompok minoritas, bahkan
ditingkatkan di era presiden Gus Dur. Kepada penganut Hindu Bali yang
tak lebih jumlahnya hanya 1% diberikan libur nasional: Nyepi. Begitu
halnya kepada penganut Budha, diberi hari libur Waisak. Bahkan kepada
golongan China yang biasanya sudah merayakan waisak, bahkan diberi hari
libur Imlek.
Fakta yang dibeberkan di atas jelas-jelas secara telak telah
membantah adanya isu yang telah digelindingkan secara tendensius oleh
Jaringan Islam Liberal dan kaum Orientalis, seolah-olah umat Islam
Indonesia anti toleransi. Jika kita mau membuka sejarah awal
kemerdekaan pun, tercatat umat Islam rela menghapus tujuh kata dalam
pembukaan UUD yang mereka anggap bernafaskan Islam. Mereka yang
minoritas menentang habis-habisan dan tokoh Islam pun surut memberikan
toleransi yang kongkrit dengan mencabut tujuh kata yang bersejarah itu.
Mau bukti yang lain, yakni masalah pendirian gereja. Dikesankan umat
Islam menentang pendirian pembangunan gereja dengan kekerasan bahkan
anarkisme. Sebenarnya umat Islam hanyalah meminta ditegakkannya
peraturan yang termaktub dalam SKB tiga menteri yang kini istilahnya
menjadi PMB. Fakta dalam kaitan pembangunan gereja, umat Islam di
sekitar Ibukota saja begitu berlebihan memberikan toleransi pembangunan
gereja. Contohnya, di Cijantung, Jakarta Timur di jalan masuk dekat
GOR Jakarta Timur, hanya terdapat satu buah masjid saja, sementara
gereja berdiri sedikitnya 6 buah. Begitu juga di daerah Depok, di satu
jalan yang terjulur dua arah terdapat satu masjid yang dikepung oleh
tujuh gereja. Cerita serupa juga terjadi di daerah Tangerang ke arah
Balaraja. Perhatikan sepanjang jalan dari Pekanbaru ke Dumai, ratusan
gereja berdiri tapi bangunannya kosong melompong. Begitu juga di
berbagai propinsi lain. Untuk apa semua itu?
Fakta-fakta yang mengemuka di atas kiranya benar adanya. Sebaliknya
opini seolah-olah umat Islam anti toleransi, justru terbukti jauh dari
kebenaran, bahkan mengarah menjadi fitnah yang amat keji. Kiranya kita
hentikan kampanye dan opini menyesatkan belakangan ini, yang justru
mengarah pada perpecahan bangsa Indonesia. Kita berdoa ke hadirat
Illahi Rabbi, agar umat Islam dijauhkan dari fitnah keji seperti ini.
Amin Ya Mujibassailin.
Oleh: KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i (Pimpinan Perguruan
Islam Assyafi’iyah Jakarta)
0 komentar:
Posting Komentar